Pentingnya Kesehatan Mental Anak: Mengidentifikasi dan Mengatasi Masalah Sejak Dini
Halo, saya Roby. Di sini saya akan membahas tentang kesehatan mental seorang anak berdasarkan kisah yang pernah saya dengar. Di sini saya akan membahas tentang kesehatan mental seorang anak.
Seberapa Penting Inner Child bagi Seorang Anak?
Ada satu kisah yang membuat saya tersentuh sekaligus kagum. Kisah tentang seseorang yang dekat dengan saya, seseorang yang mungkin tampak kuat di luar, tetapi menyimpan luka yang tak terlihat di dalam. Dia adalah seseorang yang saya kenal baik, anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil, dia sudah merasakan banyak hal yang seharusnya tidak dialami oleh seorang anak.
Sejak kecil, dunia memberinya lebih banyak luka daripada kebahagiaan. Dia sering menyaksikan pertengkaran orang tuanya—bukan sekadar adu mulut, tetapi sampai berujung pada kekerasan. Bahkan, terkadang dia menjadi sasaran amarah yang tidak seharusnya dia tanggung. Rasa takut dan cemas menjadi bagian dari hari-harinya.
Saat usianya baru menginjak sembilan tahun, dia harus berpisah dengan orang tuanya. Mereka merantau bersama adiknya, sementara dia dititipkan kepada kakek dan nenek. Tidak ada pilihan, tidak ada penjelasan. Hanya sebuah kenyataan yang harus dia terima. Baru saat masuk SMP, dia kembali tinggal bersama orang tuanya. Namun, bukan berarti kehidupannya menjadi lebih mudah. Justru, beban yang harus dia tanggung semakin berat.
Sebagai anak pertama, dia harus menjadi harapan besar bagi kedua orang tuanya. Dia diharapkan untuk mandiri, kuat, dan tidak banyak mengeluh. Sementara adiknya mendapatkan perhatian lebih, dia sering kali menjadi nomor dua. Tidak ada tempat untuk kelemahan, tidak ada ruang untuk menangis. Saat teman-temannya bisa menikmati masa remaja dengan bebas, dia sibuk memikul ekspektasi yang begitu besar.
Setelah berjuang keras dan menyelesaikan kuliahnya, dia kembali dihadapkan pada tekanan yang tak kalah berat. Dunia menuntutnya untuk segera berhasil, untuk segera mendapatkan pekerjaan, untuk segera memenuhi ekspektasi semua orang. Setiap malamnya diisi dengan kecemasan dan ketakutan akan masa depan. Bukan lagi hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga keluarga dan adiknya. Seolah-olah dia harus menjadi perisai bagi semuanya, sementara tidak ada yang bertanya bagaimana keadaannya.
Inner child-nya terluka, bahkan mungkin hancur. Sejak kecil, dia tidak mendapatkan cukup kasih sayang, pengakuan, dan validasi yang dibutuhkan seorang anak. Inner child adalah bagian dari diri kita yang membawa pengalaman masa kecil—baik dan buruk. Ketika seorang anak tumbuh tanpa rasa aman, tanpa kasih sayang yang cukup, inner child-nya bisa terluka dan berpengaruh besar pada kehidupan dewasanya.
Ketika inner child rusak, seseorang bisa tumbuh dengan perasaan tidak pernah cukup baik, selalu merasa bersalah, dan sulit merasakan kebahagiaan. Mereka mungkin menjadi sosok yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, tetapi mengabaikan diri sendiri. Atau justru menjadi orang yang sulit mempercayai orang lain karena takut disakiti lagi. Seperti orang yang saya kenal ini, yang selalu tampak baik-baik saja di luar, tetapi di dalamnya mungkin penuh dengan luka yang belum sembuh.
Lalu, bagaimana kita bisa menjaga inner child seorang anak?
-
Memberikan Kasih Sayang Tanpa Syarat Seorang anak membutuhkan validasi dan rasa aman. Mereka perlu tahu bahwa mereka dicintai bukan karena pencapaian mereka, tetapi karena siapa mereka.
-
Mendengarkan Perasaan Anak Anak juga manusia yang punya perasaan. Menanyakan, "Bagaimana harimu?" atau "Apa yang kamu rasakan?" bisa membuat mereka merasa dihargai.
-
Tidak Menuntut Kesempurnaan Biarkan mereka menjadi anak-anak, tanpa harus terbebani ekspektasi yang terlalu besar.
-
Menciptakan Lingkungan yang Aman Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling aman bagi anak, bukan tempat yang menakutkan.
Kita sering kali lupa bahwa setiap anak yang terluka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang membawa luka itu bersamanya. Dan ketika luka itu tidak disembuhkan, mereka bisa saja mengulang pola yang sama pada generasi berikutnya.
Jika kita ingin menciptakan masa depan yang lebih baik, kita harus mulai dari sekarang—dengan menjaga inner child anak-anak kita. Karena mereka bukan sekadar individu yang harus bertahan hidup, tetapi juga manusia yang berhak bahagia dan dicintai.
Dan untuk mereka yang pernah mengalami hal serupa: Kamu berharga. Kamu sudah cukup. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan.
wah bagus sekali
BalasHapus